--> Skip to main content

Keluhanmu Pada Manusia Tidak Ada Gunanya..

Salah satu adab dalam berdoa sebagai upaya agar doa dikabulkan oleh Allah adalah tidak menampakkan atau tidak menyebar doa itu di kalangan manusia. Ah yang bener? Iya benar. Lihat aja isyarat dari Allah dan Rasul-Nya. Semua waktu mustajabahnya doa, ada pada saat-saat sendiri. Semisal ketika sujud, ketika turun hujan, saat sepertiga malam akhir atau waktu sahur, antara adzan dan iqamah, saat bepergian jauh, ketika didzalimi, ketika minum air zam-zam, ketika hari arafah tanggal 9 Dzulhijah, saat antara dhuhur dan ashar hari Rabu, dan beberapa keadaan lainnya. Semua kesempatan ini menunjukkan ketika bersendirian tidak ketika ramai di hadapan manusia. Lantas, apakah terlarang berdoa di hadapan manusia? Boleh saja. Ada waktunya juga. Yaitu ketika mendoakan saudara yang sakit saat kita menjenguknya, atau menjawab hamdalahnya orang yang bersin, dan masih banyak lagi.

Ini sebenernya mau ngomong apa sih? Nah gini. Dewasa ini, kita dihadapkan pada fenomena media sosial yang dengan dahsyat menjadi pedang bermata dua yang berkelebat ke sana kemari, menyambar menebas orang-orang yang lengah dan tidak waspada. Memfitnah, pamer, menghasut, mengadu domba, menyebarkan propaganda, mengintimidasi, mengeluh dan juga berdoa. Tentu saja di satu sisi lain menjadi manis karena bisa untuk promosi, berdakwah dan hal lainnya yang positif dengan seijin Allah.

Sorotan dalam tulisan ini adalah mengeluh dan berdoa di media sosial. Pahitnya harus ditulis awal ; tidak baik, negatif dan berkesan mengemis kasihan pada manusia. Catatan penting yang harus diingat, bahwa semua orang yang membaca tulisan kita di media sosial, tentang apa saja yang kita tulis terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama yang peduli. Kedua masa bodoh. Ketiga “nyokorke”. Maaf, sengaja tidak saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karena kesan yang tersimpan dalam frasa “nyokorke” itu sangat unik. Nah, komentar-komentar yang ada meski kadang terlihat peduli itu bukan peduli yang sesungguhnya. Hanya sekedar simpati aja, atau bahkan cuma mancing-mancing kepo aja. Justru yang peduli beneran itu diam. Bergerak nyata mengamalkan atau melanjutkan pencariannya dengan starter tulisan kita. Tentu akan ada bagian pahala buat penulisnya di sana.

Kenapa ini menjadi penting? Karena kadang yang menulis doa dan harapan di media sosial tidak sadar, sedang membuka aib dirinya sendiri. Apakah itu permasalahan rumah tangganya, permasalahan bisnisnya, pertengkaran dengan saudaranya, masalah cintanya, atau kekurangannya dalam perihal ekonomi. Tetep saja ada yang peduli dan simpati, ada yang masa bodoh, dan ada yang nyokorke. Menjadi lebih penting lagi, karena kadang penulisnya kita kenal secara pribadi. Teman kita dahulu di masa sekolah, atau kenalan yang saat ini masih berinteraksi dengan kita. Karena antara menulis doa dan mengeluh ini tipis sekali jika ditulis dan disebarkan di kalangan manusia. Berbeda jika kita berdoa bermunajat ketika bersendirian. Selalu didengar oleh Allah, dan Dia selalu suka dengan hamba yang meminta kepada-Nya, dan justru ngga suka kepada hamba yang tidak mau memint-minta kepada-Nya. Sebagaimana pernah ditulis penyair;

الله يغضب إن تركت سؤاله وبني آدم حين يسأل يغضب

“Allah murka pada orang yang enggan meminta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika diminta ia marah.”

Lantas apakah yang harus kita lakukan? Pertama, mendekatkan diri kepada Allah. Keyakinan bahwa Dia adalah satu-satunya dzat yang akan menolong kita harus tertanam dengan baik. Dia itu sering menguji dan memberi cobaan hamba-Nya. Dan itu bukan jahat, itu kasih sayang yang luar biasa kalau saja kita mengerti. Tapi kita sering tergesa-gesa. Sering ngga bisa nahan diri untuk menulis apapun yang kita rasakan dengan tulisan yang menurut kita enak dibaca tapi sesungguhnya bikin miris hati orang yang berilmu di luar sana. Kedua, perbaiki amalan dan ibadah. Sibukkan dengan membaca dan menambah ilmu. Jangan kebanyakan merenung dan menganggur. Ini bukan teori saja lho. Bukan asal-asalan ngomong. Banyak kok yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu kita jadi bermakna. Dengan shalat dhuha, dengan membaca quran, dengan menghapal sedikit ayat dan hadits penting dan seterusnya dan sebagainya. Ngga harus jadi ustadz atau ustadzah atau dai atau penceramah pengkhotbah untuk bisa baca quran atau rutin shalat dhuha atau ibadah selainnya. Ini masalah kepribadian dan karakter jiwa seorang hamba, supaya dia bisa mendapatkan yang terbaik dari hidupnya, menuju hidup berikutnya yang abadi nanti di surga insyaallah. Shalat malam terutama. Banyak sekali orang mencari kedamaian dengan susah payah meninggikan dirinya di kalangan manusia. Ingin menjadi yang terbaik, paling diperhatikan, paling dihormati, paling sering disukai tulisannya dan seterusnya dan sebagainya. Tapi tidak. Kedamaian dan ketentraman jiwa itu ada dibawah sana. Pada selembar sajadah yang menghampar di tepi malam menjelang subuh. Iya. Pada qiyamul lail dengan tetesan air mata yang mencucur tak terkendali.

Kalaupun kita ingin berbagi kepada manusia, pilihlah yang terbaik semampu kita dari teman-teman yang kita kenal. Yang peduli, yang membantu, yang mempunyai kebaikan. Nasehat Asy-Syaikh Abul Harits Ibrahim at-Tamimy :

‏لذلك إذا أردتَ أن تبُوحَ بما في نفسك، فلا تفعل إلا مع من وثقتَ من مودته ونصحه وصفائه ونقائه وصدقه وأخوّته، وكان ممن يُحِب لإخوانه ما يُحب لنفسه

"Jika engkau ingin mengungkapkan hal-hal yang ada dalam hatimu, jangan engkau lakukan kecuali kepada orang yang engkau percaya kecintaannya, suka menasehati, bersih hatinya, kejujurannya, baik jiwa persaudaraannya, dan dia termasuk orang yang mencintai untuk saudara-saudaranya apa-apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri."

Sahabat, semoga kita semua senantiasa dilindungi oleh Allah. Dilancarkan dan dimudahkan semua urusan dan rizki kita. Menguatkan jiwa dan hati kita supaya tidak tergantung kepada sesama manusia, dan tidak mengeluh di sembarang tempat.

© Abu Ubaidillah

http://mudahberfaedah.blogspot.com/2017/03/keluhanmu-pada-manusia-tidak-ada-gunanya.html
fb.com/photo.php?fbid=10209210807688412

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar