--> Skip to main content

Menjadi Tak Terkenal

Malam yang senyap, tak ada suara kecuali desiran angin yang bertiup sepoi-sepoi. Atau, yang bergesekan dengan dedaunan. Mungkin juga, hanya suara alur nafas yang ditarik-keluarkan oleh empunya yang tidur terlelap. Pada waktu yang sangat sepi ini, banyak sekali kisah salaf sedang bermunajat memuja Rabb mereka, menjadikan tetesan air mata sebagai kalimat doa. Ada pula yang berderma tanpa berharap satu pun lirik mata. Ada pula, sekali lagi di waktu yang sangat sepi ini, barulah para salaf keluar mencari nafkah, agar tidak ada orang yang mengenalinya.

Seperti kisah pahlawan kita satu. ini. Kisah penggugah jiwa, inspiratif, nan luar biasa. Kisah tentang salah seorang salaf kita yang tidak ingin tenar dan terkenal. Bahkan untuk mencari rezeki saja, beliau harus mencarinya di saat semua orang sedang tidur terlelap. Agar tidak ada yang mengetahuinya, lalu berduyun-duyun berbondong-bondong mengerubunginya, meminta salaman, dan diikuti. Beh... menurut beliau ini adalah suatu kehinaan.

"Waktu itu waktu sahur,” cerita seorang kakek-kakek bernama kuniah Abu Abdillah kepada Abdur Rahman bin Abi Ibad Al Makki, yang kemudian dinukil oleh Ibnul Jauzi dalam kitab beliau Bahrud Dumu' (Lautan Air Mata).

Ketika itu Kakek Abu Abdillah mungkin saat kejadian, Kakek Abu Abdillah masih muda - sedang terjaga sendirian di pelataran zam-zam.

”Tiba-tiba ada kakek-kakek datang dengan menutup wajahnya," lanjutnya. "Antara 60 sampai 70 tahunan. Dengan menutup wajah, tiba-tiba dia menghampiriku dan minta diambilkan air zam-zam,” kata Kakek Abu Abdillah terheran-heran mengingat kejadian malam hari itu. ”Aku ambilkan saja air zam-zam untuknya. Lantas aku minum air zam-zam sisa cidukan yang kuambil untuknya.” Cerita Kakek Abu Abdillah masih datar. ”Segala puji Allah!" pekik Kakek Abu Abdillah. Nampaknya akan masuk bagian yang seru. ”Tak pernah aku merasakan air zam-zam semanis ini! Seperti bercampur madu!”

Mengagumkan!

Sahabat Qudwah, sebelum kita melanjutkan, bisakah engkau membayangkan betapa terkejutnya Kakek Abu Abdillah? Benar-benar sangat terkejut. Mungkin banyak di antara Sahabat Qudwah yang belum bisa menghayati betapa terkejutnya Kakek Abu Abdillah. Maklum, karena memang belum banyak yang pernah mencicipi manisnya madu murni Arab. Bagaimana mau merasakan, harganya saja Rp. 2.275.000/kg! Laa ilaaha illallah. Jika dibandingkan madu lokal termahal sekalipun, semahal-mahalnya paling seharga Rp. 250,000/kg. Itupun sudah sangat manis. Apalagi madu seharga Rp. 2.275.000, lebih manis lagi tentunya. Dari perbandingan tadi, pantas saja kakek Abu Abdillah terkejut.

Memang air zam-zam sangat beberkah. Airnya segar. Mata air kualitas terbaik di dunia. Namun soal rasa, jarang ada yang merasakan semanis madu. Tidaklah terjadi kecuali jika diminum oleh wali-wali Allah, yaitu orang-orang yang berjuang sekuat tenaga mengerjakan segala ketaatan dan rneninggalkan segala kemaksiatan. Bukan wali Allah yang saya maksud di sini adalah orang-orang yang mengaku sebagai wali, tapi dalam praktik kesehariannya banyak menyelisihi sunah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa salllam. Ini tentu bukan wali Allah.

"Aku menoleh kepadanya. Sayang! Sudah lenyap dari hadapanku," sesal Kakek Abu Abdillah.

”Hari berikutnya di waktu yang sama, kakek-kakek tempo hari datang lagi dari arah pintu Baabul-Masjid. Tetap dengan menutup wajahnya seperti kemarin. Dia meminta diambilkan air zam-zam lagi. Aku ambilkan untuknya.”

Kakek Abu Abdillah yang masih penasaran dengan kejadian kemarin, lalu meminum sisa cidukan air zam-zam yang diambilkannya untuk orang tua berumur sekitar 60 sampai 70-an itu. ”Allahu Akbar!! Lebih manis dari kemarin,” teriak Kakek Abu Abdillah dalam hati. Siapa sebenarnya orang ini, pikirnya. Pasti bukan orang sembarangan. Saat Kakek Abu Abdillah hendak bertanya, kakek-kakek itu sudah tidak ada. Seakan lenyap ditelan kegelapan malam.

"Malam hari ketiga, seperti dugaanku, dia datang lagi," Kakek Abu Abdillah melanjutkan ceritanya seperti ingin merencanakan sesuatu. 'Saat telah dekat denganku. aku pegang ujung kain penutup wajahnya untuk menyingkap wajahnya. Namun secepat kilat tangannya menahan tanganku. Kuat sekali. Tak mampu aku menariknya. Akhirnya aku pun mengambilkan air zam-zam untuknya, Aku juga meminum air zam-zam sisa cidukannya. Semanis susu! Belum, belum pernah aku merasakan minuman semanis itu. Dengan cepat aku mencegatnya pergi. "Demi Rabb Ka'bah, siapa dikau, orang tua?" tanya Kakek Abu Abdillah kepada kakek-kakek itu.

Sahabat Qudwah, sebenarnya si orang tua tetap enggan menampakkan wajahnya. Namun beliau teringat akan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salllam, yang artinya, ”Barangsiapa yang meminta pertolongan darimu dengan menyebut nama Allah, penuhi permintaannya. " [H.R. Bukhari dalam Adabul Mufrad]

”Siapa dikau, orang tua?" tanya Kakek Abu Abdillah setelah mengucapkan sumpah. Karena tidak punya pilihan selain menjawab, si orang tua balik bertanya, "Engkau berjanji bisa memegang rahasia?" Si orang tua seolah tidak ingin kejadian ini diketahui khalayak ramai.

"Aku janji,” kata Kakek Abu Abdillah.

"Sufyan Ats-Tsauri," jawab orang tua itu.

Oh... Sufyan ats-Tsauri! Ulama yang kesohor dengan kezuhudan dan kerendahan hatinya itu!? Pantas saja.


MENJADI TAK TERKENAL

Sahabat Qudwah, Islam sangat menginginkan bagi para pemeluknya untuk menjadi orang-orang yang saleh, benar-benar mengikhlaskan diri untuk Allah, tidak tertipu dengan dunia, atau terikat kalbunya dengan dunia. Siapa yang ambisinya dunia, sudah pasti, terasa atau tidak, dia akan menjauh dari Allah. Selangkah dia menuju dunia, selangkah dia meninggalkan Allah. Dua langkah dia mengejar dunia, dua langkah dia berpaling dari Allah. Allah Subhaanahu wata’aala berfirman,

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

”Dan janganlah kamu mengharapkan apa yang telah Kami berikan kepada orang-orang kafir, sebagai bunga kehidupan dunia untuk menguji mereka. Sedang karunia Rabb-mu adalah lebih baik dan lebih kekal.” [Q.S. Thaha: 131]

Sahabat, termasuk fitnah (ujian) dan bunga dunia adalah senang ketenaran. Yakni, seseorang ingin namanya terkenal, disebut-sebut, diikuti, dan ditempeli massa ke sana ke mari. Popularitas merupakan sebuah harga. Penghargaan dan penghormatan adalah kebanggaan. Pujian adalah harapan. Menurutnya, bekerja dalam diam, tak menguntungkan. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan,

مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ فِي الدُّنْيَا أَلْبَسَهُ اللَّهُ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

”Barangsiapa yang memakai pakaian kemasyhuran di dunia, niscaya Allah akan pakaikan kepadanya pakaian kehinaan di hari kiamat. ” (Lihat Misykah Mashabih, Al Albani)

Yang dimaksud dengan pakaian kemasyhuran di sini ialah pakaian yang sangat mewah dan elok yang ia berbangga dengannya. Perlu diingat, walau yang disebut dalam hadis tentang pakaian saja, tetapi sebab-sebab kemasyhuran lainnya masuk dalam ancaman hadis ini. Mobil, misalkan. Seorang ulama bernama Syahr bin Hausyab berkata, ”Barangsiapa yang mengendarai kendaraan kemasyhuran, atau memakai pakaian kemasyhuran, Allah akan berpaling darinya walau dia orang yang gemar berderma."

Para ulama juga mengatakan, walaupun dalam hadis yang disebutkan adalah pakaian hakiki, namun masuk juga pakaian maknawi. Pakaian takwa. pakaian ilmu, pakaian zuhud, dan pakaian maknawi lainnya, apabila dia memakainya dalam rangka mencari ketenaran, masuk dalam ancaman yang diancamkan dalam hadis ini. Imam AI Baihaqi mengatakan, “Segala sesuatu yang membuat orang merasa bangga terkenal, wajib ditinggalkan."

Dahulu para salaf kita adalah orang yang paling tidak ingin terkenal. Sehebat-hebatnya perjuangan mereka, sama sekali mereka tidak ingin dihargai manusia. Mereka hanya ingin mengharap penghargaan dari Allah semata. Mereka benar-benar lari dari ketenaran dan ingin terkenal. Layaknya seekor rusa yang lari sekencang-kencangnya dari kejaran cheetah.

Bayangkan saja, sahabat yang hadir saat Haji Wada sejumlah 100.000 orang. Namun sahabat yang mampu ditulis biografinya oleh para ulama hanya sekitar 10.000 orang saja! Ke mana kisah heroik 90.000 sahabat lainnya!? Kemana gerangan kisah inspiratif 90.000 orang shahabat sisanyal? Mereka tutup-tutupi kisah kehidupan mereka bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal sejatinya kisah-kisah 90.000 sahabat tersebut tidak kalah hebatnya ketimbang yang disebutkan biografinya. Hanya saja mereka tidak ingin menceritakannya kepada orang-orang. Keyakinan mereka, cukup Allah saja yang tahu.

Lalu bagaimana dengan kita, orang yang belum berkontribusi apa-apa untuk Islam, antusias sekali disebut 'Ustadz'. Tidak terungkap lewat lisan sih. Hanya saja, kalau tidak dipanggil dengan sebutan 'Ustadz', kecewanya bukan main. Hatinya bergemuruh hebat. Astaghfirullah! Mengisi kajian harus dijemput pakai mobil. Kalau sekedar pakai motor, banyak sekali alasan untuk menolak. Astaghhrullahal Azhim!

Namun, yang perlu digarisbawahi di sini adalah, apabila seseorang menjadi terkenal karena ilmu dan ketakwaannya sedang dia tidak menginginkannya dan berusaha menjauh, dikecualikan dari pembahasan kita ini. Sufyan Ats Tsauri rahimahullah, contohnya. Beliau - juga salaf lainnya sudah berusaha menghindar dari kemasyhuran, namun apalah daya, kemasyhuran tetap melekat pada mereka. Terkadang mereka menangis karena terkenal. Namun di sisi lain, inilah takdir Allah untuk mereka yang harus mereka terima.

Renungkanlah curhatan Sufyan Ats Tsauri yang sangat ditokohkan itu, padahal sejatinya itu bukan harapannya. Percuma manusia mengelu-elukannya sedangkan jaminan keselamatan dari Allah belum dia raih. Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata, ”Aku ingin sekali dapat mengenal orang banyak, namun dalam posisi mereka tidak mengenaliku seperti sekarang ini (menganggapku seperti orang biasa).”

Dalam curhatannya yang lain, beliau berkata, ”Sungguh aku ingin sekali memakai sandalku lalu berjalan dan duduk di mana saja yang aku kehendaki tanpa ada orang yang mengenaliku seperti saat ini (sebagai orang yang dielu-elukan)."

“ Semoga Allah merahmati para salaf kita. Dan semoga kita bisa meniru jejak langkah mereka.

SIAPAKAH SUFYAN ATS TSAURI?

Nama lengkap beliau adalah Sufyan bin Sa'id bin Masruq AtsTsauri. Memiliki nama kiniah Abu Abdillah. Lahir di kota kuffah pada tahun 97 H. Sudah meuntut ilmu sejak kecil. Sebab beliau tumbuh dalam keluarga yang mencintai imu. Ayah beliau adalah percaya dalam bidang hadis. Ibu beliau? Sebaik-baik ibu adalah ibu beliau. Simaklah nasihat berharga dari Ibu Sufyan berikut ini,

”Nak Sufyan, tuntutlah ilmu. Ibu yang akan mencukupi kebutuhanmu walau hanya dengan alat pemintal ini. Anakku, kalau kamu sudah mendapatkan sepuluh hadis - dalam sebuah riwayat sepuluh huruf -, intropeksi dirimu, apakah ilmu itu menambah semangat hidupmu kepada Allah, akhlak baikmu, dan budi pekertimu? Jika tidak, ketahuilah ilmu itu akan membahayakanmu, bukan memberimu manfaat.”

Subhanallah! Dari gubuk semacam inilah muncul sosok Sufyan Ats Tsauri. Tidak heran jika dikemudian hari selain menjadi seorang yang melimpah ruah ilmunya, akhlak dan ketakwaan beliau juga sangatlah agung. Adapun soal ilmu, cukuplah sebagai bukti bahwa beliau digelari Amirul Mukminin di bidang hadis oleh para ulama. Adapun tentang takwa, semoga nukilan Imam Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah ini cukup menjadi bukti bahwa beliau - yang zhahir bagi kita - adalah orang orang yang bertakwa. Kata Imam Abdurrahman bln Mahdi, "Pernah kami, murid murid Sufyan, berada disamping Sufyan Ats Tsauri. Maka kami melihat beliau seolah olah sedang berdiri menghadapi pengadilan di Padang Mahsyar. Nampak sekail rasa takut dan khusyu' dari badannya. Saat itu, tidak ada dari kami yang memulai pembicaraan. Barulah saat beliau reda, beliau membacakan hadisnya untuk kami."

KENAPA AIR ZAM-ZAM BISA SEMANIS SUSU DAN MADU? 

Berkah yang Allah curahkan kepada Sufyan Ats Tsauri rahimahullah, jawabannya. Memang, terkadang Allah sengaja menampakkan keberkahan sedang turun kepada seseorang dengan memperlihatkan keajaiban-keajaiban, walaupun seringnya tidak. Hikmahnya adalah agar orang yang diberkahi itu semakin istiqamah, dan orang lain bisa meneladani. Seperti misalkan, mujahidin Badar yang belum sempat menebas kepala musuh sudah terpenggal terlebih dahulu, pasukan kuda Sa'ad bin Abi Waqash radhiyalllahu 'anhu yang berjalan di atas air, Uwais Al Qarny yang doanya senantiasa dikabulkan, Sa'id bin Jubair radhiyalllahu 'anhu yang dapat menundukkan singa, dan kisah Sufyan Ats Tsauri di atas. itu semua bukti keberkahan sedang turun.

Memang, air zam-zam sudah sangat berbarakah. Airnya segar. Mata air kualitas terbaik di dunia. Namun soal rasa, jarang ada yang merasakan semanis madu atau susu. Setelah disentuh oleh Sufyan AtsTsauri, seketika berubah rasanya menjadi semanis madu dan susu. Subhanallah, ajaib!

Bagaimana cara mendapatkan berkah dari Allah? Allah Subhaanahu wata’aala berfirman

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ

”Kalau saja penduduk kampung itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami bukakan untuk mereka berkah-berkah dari langit dan bumi. ”[QS. Al A'raaf:96]

Itulah yang dilakukan oleh imam Sufyan Ats Tsauri rahimahullah. Semoga apa yang kita rangkum pada pembahasan kita kali ini menjadikan kita sebagai seorang muslim yang saleh, rendah hati, semangat mengejar berkah, dan tidak ingin terkenal. Sekali lagi, jangan pernah berobsesi menjadi terkenal karena ilmumu banyak, atau sering beramal. Karena bukan manusia tempat kita berharap balasan. Akan tetapi apa yang di sisi Allah-lah yang terbaik.

©Al Ustadz Yahya Al Windaniy


Sumber: Majalah Qudwah edisi 39 vol.O4 2016


http://mudahberfaedah.blogspot.com/2017/05/menjadi-tak-terkenal.html

Newest Post
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar