--> Skip to main content

Menjadi dermawan

Pernah mendengar silsilah keluarga dermawan? Silsilah tersebut memang benar-benar ada di dunia ini. Tidak sedikit memang keluarga dermawan yang pernah tercatat di dalam sejarah. Akan tetapi, berbeda sekali dengan silsilah keluarga dermawan yang satu ini. Sebab, pada beberapa generasinya, keluarga tersebut berdiri kokoh di atas keislaman.

Sifat senang berderma memang dipegang secara turun menurun di alam keluarga tersebut. Sampai pada akhirnya, sifat mulia itu terpancar kuat pada pribadi seorang shahabat Nabi yang bernama Sa'ad bin Ubadah radhiyallahu 'anhu . Beliau adalah pimpinan dan tokoh suku Khazraj, salah satu dari dua suku terbesar di negeri Madinah.

Sejak hari pertama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di kota Madinah, Sa'ad bin Ubadah radhiyallahu 'anhu setiap hari selalu mengirimkan makanan istimewa berupa bubur gandum bercampur daging untuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Sampai-sampai orang mengatakan, ”Nampan milik Sa'ad terus berkeliling mengikuti ke mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggilir istri-istri beliau.”

"Barang siapa ingin makan daging dan lemak, dipersilakan untuk datang ke rumah Sa'ad." Seperti itulah Sa'ad bin Ubadah biasa mengumumkan di khalayak ramai.

Begitu semangatnya untuk berderma, setiap malam Sa'ad bin Ubadah radhiyallahu 'anhu selalu mengajak delapan puluh shahabat dari kaum Ashabus Shuffah ke rumahnya untuk bersantap makan malam. Bukan jumlah yang sedikit tentunya! Apakah sifat seindah ini hanya milik kaum yang berada?. Hanya orang-orang berharta saja yang mampu melakukannya?

Tolok ukurnya bukan harta! Nyatanya, tidak sedikit kaum sederhana dan kaum papa yang sengsara mampu bersedekah dan berderma. Kedermawanan adalah energi luar biasa yang memancar dari dalam jiwa. Selagi memiliki energi berderma, walau ia sendiri pun menjalani penderitaan hidup, ia pasti lebih memilih untuk berbagi dengan saudaranya yang jauh lebih menderita. la yakin Allah akan menggantikannya dengan balasan yang lebih baik. Ia yakin setiap pagi ada malaikat yang selalu berdoa, ”Ya Allah, berikanlah ganti untuk hamba yang berinfak.” Dan ia yakin dengan janji-janji Allah untuk hamba yang senang berderma.

Rasulullah pernah ditanya tentang sedekah yang paling afdhal. Jawab beliau:

أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى

”Tetap bersedekah sementara engkau sendiri dalam keadaan sehat dan berat. Engkau sendiri khawatir kekurangan dan sedang membutuhkannya” [H.R. Bukhari 1419 Muslim 1032, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu]

Subhanallah! Sifat berderma memang telah diajarkan oleh kakek-kakek Sa'ad bin Ubadah. Ayah Sa'ad sendiri yang bernama Dulaim bin Haritsah sangat dikenal sebagai Seorang yang dermawan. Dulaim juga Sering meminta orang untuk mengumumkan di khalayak ramai, "Siapa saja orang yang ingin makan daging dan lemak dipersilakan untuk datang kerumah Dulaim bin Haritsah."

Sifat senang berderma ini pun turun pada Qais, putra Sa'ad bin Ubadah. Dengarkanlah penuturan dari Muhammad bin Sirin rahimahullah yang menggambarkan silsilah keluarga dermawan ini, ”Dahulu Sa'ad sering mengumumkan melalui atas atap rumahnya, ”Siapa saja orangnya yang ingin makan daging dan lemak, dipersilakan untuk datang ke rumah Sa'ad."

"Lalu aku menyaksikan putranya pun melakukan hal yang sama," demikian Muhammad bin Sirin melanjutkan ceritanya.

Al Imam Adz Dzahabi [Siyar A'lam Nubala 2] menyimpulkan,
"Kedermawanan Qais telah menjadi buah permisalan."

Bagaimana tidak? Bayangkan saja! Di dalam sebuah misi perang, Qais bin Sa'ad bin Ubadah menyembelih sembilan ekor unta miliknya untuk disantap bersama-sama. Bayangkanlah lagi! Seorang wanita tua tiba-tiba mencegat Qais sambil mengatakan, ”Aku mengadu kepadamu. Di rumahku, tikus-tikus sangat sedikit.” Apa tanggapan Qais. ”Halus sekali bahasa wanita tua ini Penuhkanlah rumahnya dengan tepung, daging, minyak samin, dan kurma!” perintah Qais kepada orang kepercayaannya. Memang halus sekali bahasa wanita tua itu, ia menggambarkan kondisi rumahnya yang tidak memiliki simpanan bahan makanan dengan sedikitnya tikus.

Nampaknya kita memang harus memulai untuk belajar bersifat dermawan.

Qais bin Ubadah menjadi tujuan utama orang-orang sezamannya jika mereka membutuhkan utang atau pinjaman. Suatu saat Qais jatuh sakit. Berhari-hari sahabat dan kawannya tidak juga datang menjenguk. Akhirnya Qais pun menanyakan hal itu kepada keluarganya.

"Mereka malu karena memiliki hutang-hutang kepadamu." salah seorang keluarganya mencoba untuk menjelaskan.

Qais pun menyatakan, "Semoga Allah menghinakan harta yang menjadi penyebab sesama kawan tidak saling menjenguk." Setelah itu Qais memerintahkan seorang pegawainya untuk mengumumkan di hadapan khalayak. ”Barang siapa memiliki hutang kepada Qais maka ia telah dibebaskan dari pembayaran!”

Apa yang terjadi? Menjelang petang, salah satu bagian pintu rumahnya menjadi rusak karena orang-orang datang berdesak-desakan untuk menjenguk Qais bin Ubadah.

Subhanallah!

Alangkah firman Allah berikut ini terpancang kuat di dalam jiwa hamba-hamba semisal Qais:

وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

”Dan barang apa saja yang kalian nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah sebaik-baik pemberi rezeki." [Q.S. Saba' : 39]

Pertanyaannya, jika ingin menjadi hamba yang dermawan, kenapa juga masih ada di antara kita yang memilih sikap bakhil dan pelit kepada anak dan istri sendiri? Kenapa juga masih ada di antara kita yang kurang bisa dermawan kepada orang tua dan saudara kandung sendiri? Sebenarnya siapakah yang paling berhak untuk merasakan manisnya sifat dermawan? Tentu mereka-mereka yang di sekitar kita, menjadi kerabat dan sanak famili kita. Semoga Anda dimudahkan untuk menjadi perintis sebuah keluarga dermawan. Wallahu a'lam.

#Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifai

Majalah Qudwah edisi 12 vol.01 2013


http://mudahberfaedah.blogspot.com/2017/04/menjadi-dermawan.html

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar