--> Skip to main content

Allah Takkan Menyia-nyiakan Kita

Di suatu Lembah yang gersang nan tandus. Tanpa pepohonan tanpa sumber air. Sang suami meninggalkannya. Sendirian, menggendong sang buah hati yang masih dalam buaiannya. Tak ada orang di sekitarnya. Tak ada kerabat yang menolongnya, Tak ada tetangga yang membantunya.

Namun, demi mengetahui bahwa itu adalah perintah ALLAH dan bukan karena kezaliman sang suami, kalimat ajaib pun meluncur dari mulutnya: 


http://mudahberfaedah.blogspot.com/2017/04/allah-takkan-menyia-nyiakan-kita.html


Spirit hidup seorang hamba yang luar biasa!

”Allah tidak mungkin menyianyiakan kita!"

Spirit inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya sebuah keajaiban alam. Sumber inspirasi dan motivasi bagi siapa pun. Keajaiban akan terus bermunculan di alam dunia, bila spirit hidup kita sungguh-sungguh kokoh, tak tergoyahkan. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Berkah dari Allah akan susul menyusul, menghiasi setiap petak kehidupan seorang hamba yang hidup dalam ketundukan ibadah, dalam kekhusyu'an jiwa. Saat hamba telah memuncaki derajat ketenangan, ”Sesungguhnya hidup dan matiku untuk Allah rabbil 'alamin.”

"Allah tidak mungkin menyianyiakan kita!"

Sumur Zam-zam. Adakah dari kita yang tidak pernah mendengar dan mengenal tentang sumur Zam-zam? Sumur Zam-zam merupakan keajaiban ilahi di alam semesta. Meskipun tanpa penelitian, kita benar-benar beriman dengan keajaiban Zam-zam. Apalagi, kini, penelitian-penelitian ilmiah semakin menguak keajaiban-keajaiban Zam-zam. Sangat-sangat tidak masuk akal? llmu dan teori hydrogeology tidak mampu mengurainya.

Sumur Zam-zam terletak di sebelah tenggara Ka'bah berjarak kira-kira 11 m. Dalam 60 menit dapat menghasilkan air sebanyak 39.600 liter air. Padahal, sumur Zam-zam masuk dalam kategori sumur gali biasa. Kedalamannya dari bibir sumur hanya 30 m. Diameternya berkisar antara 1,46 2,66 m.

Puluhan juta liter air dihasilkan sumur Zam-zam. Padahal, letaknya di pusat wilayah gurun bebatuan. Kering, hanya dua tiga kali saja hujan dalam setahun membasahi daerah tersebut. Masih ada sumur-sumur lain di kota Makkah. Namun, tidak ada satu pun yang dapat menyamai Zam-zam. Ajaib bukan?

”Allah tidak mungkin menyianyiakan kita!”

Dahulu, dahulu kala, telah terpahat di dinding sejarah akan sebuah cerita. Cerita tentang kesempurnaan iman seorang hamba. Semua bentuk ujian dan cobaan telah ia rasakan. Perjalanannya cukup panjang untuk menemukan kebenaran hakiki. Ayah kandung yang menentang, kelaliman dan kezaliman sang penguasa, masyarakat yang membenci dan memusuhi, dilemparkan ke dalam kobaran api, puluhan tahun hidup tanpa buah hati, dan ia pun bersabar.


إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ٠ شَاكِرًا لِّأَنْعُمِهِ ۚ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ٠ وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ ٠ 

”Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan, lagi patuh kepada Allah dan ia orang yang lurus (hanif). Dan sekalikali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Rabb) (Lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shalih.” [Q.S. An Nahl:120-122].

”Allah tidak mungkin menyia-nyiakan kita!"

Ini perintah Allah, rabbul 'alamin. Puluhan tahun menanti lahirnya buah hati. Masih juga sang putra menyusu, bayi kecil nan mungil, perintah dari Allah pun tiba. Ibrahim harus membawa Hajar, sang istri, dan putranya menuju sebuah tempat terasing. Sebuah tempat yang mesti ditempuh berbulan-bulan perjalanan. Sebuah tempat yang kering, tiada air, tetumbuhan tiada hidup, sepi, dan tidak ada seorang pun tinggal menetap di sana.

Ini perintah Allah, rabbul 'alamin. Setelah menempuh perjalanan panjang, sampailah Ibrahim dan keluarga kecilnya di lembah Makkah. Dan tibalah saat perpisahan. Sebelum pergi meninggalkan istri dan putranya yang masih menyusui, lbrahim meninggalkan bekal untuk mereka berupa air satu tempayan dan sekantung kurma.

Ini perintah Allah. ibrahim pun bersiap-siap untuk pergi. lbrahim akhirnya benar-benar pergi. Hajar, sang istri, bergerak mengikuti dari belakang sambil berujar, "Wahai lbrahim, hendak ke mana engkau akan pergi? Apakah engkau tega meninggalkan kami di lembah ini? Tidak ada orang dan tidak ada apa-apa?”

”Allah tidak mungkin menyia-nyiakan kita!”

Berulang kali pertanyaan itu disampaikan oleh Hajar. lbrahim hanya diam dan tidak menoleh sekali pun ke belakang. Luar biasa! Subhaanallah! Ketegaran iman dan keyakinan yang kokoh. Ibrahim terus melangkah menjauh. Bayangkanlah jika ujian semacam ini harus kita jalani! Meninggalkan istri dan anak di sebuah tempat terasing hanya berteman air dan kurma. Semua karena dan demi menjalankan perintah Allah.

Akhirnya, sang istri yang shalihah pun mengerti. la menyadari akan tugas sang suami, seorang nabi dan rasul. Seorang juru dakwah, pesuruh Allah Ta'ala. Sang istri pun bertanya, untuk menambah keyakinannya,

”Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk berbuat demikian, wahai suamiku?"

lbrahim tegas menjawab, ”Benar! Allah yang memerintahkanku untuk berbuat demikian.”

Hajar lalu mengucapkan kata-kata ajaib. Sebuah kalimat pendek namun berbobot. Alamat keimanan dan kesabaran seorang hamba. Tanda ketundukan dan kepasrahannya kepada Allah. Jika memang itu semua perintah dari Allah, Hajar bersikap penuh semangat,


إِذًا لَا يُضَيِّعُنَا


"Kalau begitu, Allah tidak mungkin menyia. nyiakan kita!"

Ini perintah Allah! Ibrahim terus menjauh dari lokasi istri dan putranya. Setelah berada di sebuah bukit agak tinggi. Sekira lbrahim tidak nampak terlihat lagi oleh istri dan putranya. Saat itulah, Ibrahim menumpahkan segala rasa di hati kepada Allah rabbul 'alamin. Dengan segala harap dan cinta, Ibrahim menghadapkan wajah ke arah AI Bait dengan menengadahkan kedua tangan. Ibrahim berdoa penuh khusyu',


رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

"Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. " [Q.S. lbrahim:37].

"Allah tidak mungkin menyia-nyiakan kita!"

Profil istri penyabar dan tegar. Dengan penuh kasih sayang, Hajar menyusui Ismail yang masih bayi. Bekal air dan kurma yang ditinggalkan oleh lbrahim sungguh-sungguh dimanfaatkan oleh Hajar. Namun, bekal air dan kurma itu terbatas. Hingga kapan akan bertahan? Air pun benar-benar habis. Hajar mulai merasakan haus. Air susunya tak lagi mencukupi kebutuhan minum Ismail. Sang putra pun akhirnya turut merasakan haus.

Ya Allah, curahkanlah kesabaran dan ketegaran untuk istri-istri kami, sebagaimana Engkau telah mencurahkan kesabaran dan ketegaran kepada Hajar.

Tidak tahan menyaksikan geliat ismail yang kehausan, Hajar pun bergerak berusaha untuk menemukan air. Bukit Shafa, bukit terdekat yang memungkinkan untuk didaki. Hajar berjalan cepat menuju ke Bukit Shafa. Barangkali dari atas bukit, ia bisa melihat bayangan orang. Namun, tak satu pun orang yang terlihat.

Hajar lalu turun dari Bukit Shafa. la berjalan ke arah lembah antara Shafa dan Marwah seperti jalannya seseorang yang kepayahan. Kedua kakinya membawa Hajar tiba di puncak bukit Marwah. Barangkali ada seseorang yang terlihat. ternyata tidak Tujuh kali banyaknya, Hajar naik turun di bukit Shafa dan Marwah.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits lbnu Abbas radhiyallahu 'anhuma riwayat Al Bukhari:


فَذَلِكَ سَعْيُ النَّاسِ بَيْنَهُمَا

"Itulah sebabnya manusia melakukan Sa'i antara Shafa dan Marwah.”

”Allah tidak mungkin menyia-nyiakan kita!"

Saat Hajar di atas bukit Marwah untuk yang terakhir kalinya, ia mendengar suara yang tertuju untuknya. Hajar berkata, 'Sungguh, suaramu telah aku dengar jika engkau ingin membantu.” Tiba-tiba, Hajar menyaksikan malaikat di lokasi Zam-zam sedang mencari-cari sesuatu dengan sayapnya. Lalu. muncullah mata air. Hajar segera mengumpulkan air tersebut, membendung, dan menciduknya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits lbnu Abbas radhiyallahu 'anhuma riwayat AI Bukhari: 


يَرْحَمُ اللَّهُ أُمَّ إِسْمَاعِيلَ لَوْ لَمْ تَغْرِفْ مِنْ الْمَاءِ لَكَانَتْ زَمْزَمُ عَيْنًا مَعِينًا



”Semoga Allah merahmati Ibunda lsmail Andai saja beliau tidak menciduk air saat itu, pasti Zam-zam telah menjadi mata air yang mengalir.”

"Allah tidak mungkin menyia-nyiakan kita!"

Seianjutnya, malaikat tersebut berpesan kepada Hajar, “Janganlah kalian takut termenyia-nyiakan! Sesungguhnya, di lokasi ini akan berdiri Baitullah. Anak ini dan ayahnya yang akan mendirikannya. Dan sesungguhnya, Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarganya."

Burung-burung pun beterbangan dengan penuh kebahagian. Berputar-putar di atas lokasi air Zam-zam. Pemandangan menarik! Di tempat gersang dan kering semacam itu, sekawanan burung berputar beterbangan. Itu tanda adanya air. Pemandangan aneh itu segera ditangkap oleh kabilah Jurhum yang sedang melintas.

"Sungguh, sekawanan burung itu pasti sedang berputar-putar di atas sumber air. Padahal, terakhir kali kita melintas di daerah ini tidak ditemukan air,” kata orang-orang Jurhum.

Dua orang dipilih untuk memeriksa kebenaran perkiraan mereka. Setelah kembali, mereka berdua memberitakan memang benar-benar ada sumber air. Kabilah Jurhum pun bergerak menuju air Zam-zam. Saat itu, Hajar dan Ismail yang masih bayi berada di dekat sumber air.

"Apakah engkau mengizinkan kami untuk singgah di sini?” Orang-orang Jurhum bertanya.

Hajar menjawab, ”Silakan saja. Akan tetapi, kalian tidak mempunyai hak sedikit pun pada sumber air ini.”

“Allah tidak mungkin menyia-nyiakan kita!"

Subhanallah! Sejak hari itu, kabilah Jurhum mengundang keluarga-keluarga mereka yang lain agar bersama-sama menetap di daerah tersebut. Makkah pun mulai ramai. Ismail besar dan menjalani hari-harinya sebagai pemuda di sana.

Makkah pun menjadi pusat hati kaum muslimin.

Demikianlah buah dari ketegaran dan keimanan. Selama seorang hamba hidup dalam bingkai ibadah dan ketaatan, Allah akan mencurahkan berkah untuknya. Seorang mukmin dan muttabi' (mengikut) kepada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pasti terpancang kokoh di dalam hatinya sebuah spirit dan motivasi tinggi;

”Allah tidak mungkin menyia-nyiakan kita!"

#Ustadz Abu Nasim Mukhtar



Majalah Qudwah edisi 5 vol.01 2013

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar